26.10.13

And They Grow Up [1/3]

Saya sering diminta teman-teman untuk mendesign logo yang akan mereka gunakan di berbagai kepentingan. Umumnya mereka ingin membuka suatu usaha bisnis kecil, dan membutuhkan logo awal yang eyecatching demi menarik minat konsumen. Memang nggak semua logo yang saya buat akan dan selalu mereka gunakan untuk selamanya. Tapi seenggaknya, because of the logos, they grow up. Seenggaknya, logo yang saya buat bisa membuat mereka lebih semangat dalam mengembangkan usahanya. 
So, just grow up, guys. With or without my design, I'm still proud of you.
Every logos has a special point, special meaning of the design, and special power that led them to the door of success. Jadi sebisa mungkin, saya nggak akan "menjual" atau menduplikasi design logo yang pernah saya buat untuk kepentingan pihak-pihak lain. Berikut adalah beberapa contoh logo yang pernah saya buat untuk mereka.

Salman El Farisi Photography


Awalnya, saya hanya diminta mendesign logo diatas yang dibuat beberapa bulan lalu. Tapi, sekarang logo ini nggak digunakan lagi karena dia bergabung bersama teman-temannya membentuk suatu brand baru bernama widecat photography. Meskipun baru terbentuk, mereka cukup profesional dalam menangani permintaan client. Berikut adalah hasil karya mereka yang digunakan dalam berbagai bidang dan kepentingan.

Prewedding-wedding photoshoot

 

Product photoshoot
   
 

Baby and narcism photoshoot

 

Untuk yang sedang butuh jasa fotografi dalam berbagai kepentingan, dan berniat menggunakan jasa mereka, silahkan booking disini.

Next logos >> And They Grow Up [2/3]
Continue reading And They Grow Up [1/3]

19.10.13

Love is (too) Complicated [1/2]

It wasn't my story. It was A's love story. Ini bukan pengalaman pribadi saya, tapi ini adalah pengalaman seseorang, yang dia ceritakan kepada saya. Dan dia setuju jika pengalamannya dijadikan bahan postingan blog ini... *asikkk...

A ditinggal B, pacar yang sangat disayanginya. Then the time moved, A sudah berpacaran dengan yang baru, yaitu C. Everything was fine, sampai suatu saat B kembali, minta maaf dan menganggap bahwa dia masih berpacaran dengan A. Bahkan orang tua B sengaja "menitipkan" anaknya kepada A sampai suatu saat mereka siap menikah.

Entah kenapa, saat itu A malah mengiyakan dan nggak jujur dengan kondisinya yang sudah berpacaran dengan orang lain. Mungkin sungkan dengan orangtua B, atau karena alasan lain. Akhirnya, A melanjutkan hubungannya dengan B, dan tetap berpacaran dengan C.

Hubungan A dan B berjalan baik. B memperlakukan A dengan sangat-baik, dan sebaliknya. Sebenarnya, A hanya sekedar sungkan atau "berbaik hati" dengan tetap menjalani hubungan bersama B. Kebaikan hati ini jelas di-salah-artikan oleh B yang berpikir bahwa A masih sangat mencintainya.

A sudah berniat untuk mengakhiri hubungannya dengan B, tapi melihat sangat-baiknya sikap B, dia jadi nggak tega dan bingung tentang bagaimana-cara untuk memutuskan hubungan. Sehingga, A masih menyusun strategi tentang cara-ngomong yang baik agar B nggak terluka terlalu parah. Dan jelas, C nggak tau apa-apa tentang masalah ini.
Somehow we had gone so far into someone's life through the relationship, so that we couldn't find a way to end it up.
Kadang kita masuk terlalu jauh ke dalam kehidupan seseorang, sampai kita nggak menemukan cara untuk keluar dari kehidupan orang itu. Kadang kebaikan yang kita lakukan bisa menumbuhkan harapan tinggi di hati seseorang, sampai kita nggak sanggup untuk memenuhi harapan itu. A sudah masuk terlalu jauh dan memberi harapan di kehidupan B, sementara B sudah terlanjur menaruh harapan yang sangat tinggi terhadap hubungannya dengan A.

Saya nggak ngerti dengan jalan pikiran A. Bukankah lebih baik jujur dari awal, walaupun itu semua akan menyakitkan buat B dan keluarganya. Kejujuran itu menyakitkan, dan lebih menyakitkan lagi saat kejujuran itu datang terlambat. Tapi menurut A, dia punya alasan kuat untuk nggak jujur pada saat itu. Dan di waktu yang tepat (nanti), dia baru akan jujur tentang semuanya. Sampai sekarang, A masih mencari "waktu yang tepat" itu.

Untuk apa menunggu dan mencari, toh pada akhirnya seseorang nggak akan pernah bisa siap untuk dipisahkan dengan orang yang dia cintai. Dan cepat atau lambat, siap atau nggak siap, B pasti akan terluka. Di waktu yang tepat, maupun waktu yang salah.
Bukankah se-siap apapun, pada kenyataannya nggak akan ada orang yang benar-benar siap untuk menerima sebuah perpisahan...? Dan bukankah sebenarnya, sampai kapanpun-nggak akan pernah ada waktu yang tepat untuk suatu perpisahan...? Entahlah...

Waiting for the next >> Love is (too) Complicated [2/2]
Continue reading Love is (too) Complicated [1/2]

14.10.13

A Day in Graduation Day

Sabtu 12 Oktober kemarin, saya dan Tata datang ke wisudanya Dilla, one of our high school's best friend. Sebenernya kita rencana datang bertiga (saya, Tata, dan Herny). Tapi karena ada acara di luar kota, Herny nggak datang. Akhirnya saya dan Tata yang datang berdua. Kita datang ke Graha Cakrawala UM (lokasi wisudanya) sekitar 1 jam sebelum acara selesai, karena alasan klasik, males kalo sampai kena macet gara-gara wisudaan.

Karena acara wisudanya belum selesai, kita berburu oleh-oleh dulu buat Dilla. Kita keliling pelataran Graha Cakrawala (Graca), lalu beli buket bunga dan...balon. Iya, rencananya beli balon yang polos dan berwarna. Tapi karena nggak ada, akhirnya kita beli dua balon yang berbentuk... zebra dan angry bird. Dua bentuk yang nggak-nyambung kalau disatuin... *abaikan.

Balon zebra itu cukup merepotkan Tata. Pas "sesi" foto-foto di depan Graca, balon itu "bertingkah". Akhirnya selama berfoto, Tata malah ribet "mendiamkan" si balon. Kebalikannya, balon angry birds yang saya pegang justru "sangat-diam". Hasilnya, di semua foto terlihat kalau balon itu stuck di posisi yang sama.


Saya dan Tata ngerasa sangat-ribet saat bawa balon itu berdesak-desakan di depan pintu gedung demi nungguin para wisudawan (termasuk Dilla) keluar dari Graca setelah acara selesai. Tapi, saya akhirnya bersyukur karena ternyata balon angry birds itu sangat berguna buat ngumpetin muka dari orang-orang yang nggak-ingin-saya temuin disana. Semoga saat itu mereka-emang nggak melihat saya ngumpet dibalik balon.

Continue reading A Day in Graduation Day

13.10.13

17:17

"Don't you afraid of losing?"

"Ya, but it's okay,"

"It's okay? You and me, we have an experience of losing someone. Did you still remember how the world had fallen apart at that time?"

"I knew it. Of course, I'm still afraid of losing. That was the risk of some-kind-of-relationship. Separation, a sad ending.  "

"Then, what's for that kind of relationship?"

"For a seriousness, I thought,"

You didn't even look into my eyes when you answered. I knew that deep inside, you had no faith with your answer. And maybe, you had no faith of being with her.
I love you, even someday you're not going to love me anymore.
That was a message from her, with some sweetness things. You read it for a while, and didn't reply to her.

All of your pictures with her in your phone, those kind of smiles in the photos, the coldness in your answers, and the way you let me borrow your private phone without saying anything.

And 17 : 17. I still couldn't understand your feelings at all.
Continue reading 17:17

12.10.13

,

Sebuah Kebanggaan

Kebanggaan adalah perasaan yang dirasakan saat seseorang berhasil meraih suatu hal yang diinginkan. In general, Kebanggaan tiap orang berbeda-beda menurut tingkatan dalam perjalanan hidup.

Saat masih balita, kebanggaan bisa didapat saat mulai bisa berbicara, mulai bisa berjalan, dan mulai merespon apa yang ada di sekitar. Saat anak-anak, sekitar usia sekolah, kebanggaan bisa berupa rasa bangga saat mendapat ranking 3 besar di kelas, atau saat terpilih mewakili lomba-lomba antar-pelajar. Saat remaja, kebanggaan bisa didapat saat seseorang mulai mengenal cinta. Di masa itu, kebanggaan seringkali muncul saat berhasil-pacaran dengan idola sekolah, atau cowok-cewek populer. Kebanggaan berlanjut saat berhasil masuk di perguruan tinggi impian, lulus kuliah dengan hasil yang memuaskan, dan bekerja sesuai passion dan impian.

Then, the time flies. Seorang anak akan berubah menjadi sosok dewasa saat memutuskan untuk berumah tangga dan memiliki keturunan. Kebanggaan orang dewasa (umumnya) didapat melalui anaknya. Bangga saat melahirkan, saat melihat perkembangan anak, saat berhasil mendidik dan memberikan kasih sayang hingga anak beranjak dewasa.

Arti kebanggaan menurut saya adalah suatu kepuasan pribadi saat mampu membahagiakan orang lain di sekitar. Kebanggaan bisa saya dapat ketika orang-orang disekitar bisa tersenyum dan bahagia. And I got it more, when I was one of the reason of their happiness. Kebanggaan nggak menuntut orang lain untuk ikut merasakannya. Karena kebanggaan harus didapat oleh diri sendiri--dari hati, sebagai wujud dari menghargai usaha yang telah diri sendiri lakukan. Video CineUs berikut akan menggambarkan sekilas mengenai kebanggaan.


Sebuah trailer dari  novel CineUs yang menceritakan perjuangan keras seseorang untuk menang dalam Festival Film Remaja demi sebuah klub di sekolahnya.
"Melelahkan sekali kalau kita terus memikirkan pengakuan dari orang lain. Kebanggan itu disini, bukan disana." 
Saya sangat setuju dengan quote yang ada dalam trailer CineUs diatas, kebanggaan nggak harus selalu didapat dari pengakuan orang lain. Akan sangat melelahkan saat kita harus menunggu orang lain mengakui kebanggaan mereka terhadap kita. Hal ini mengingatkan saya pada qoute dari seseorang di status facebooknya.
"Jangan pernah mendengarkan omongan buruk orang lain tentang dirimu. Terlebih jika dia tak pernah memberikan sumbangsih apapun dalan rencana kesuksesanmu. Adalah bijak untuk mencari tahu lebih dalam. Mana yang benar-benar nasehat, dan mana yang hanya sekedar perkataan penghambat. "- Someone, on his fb's status.
Ya, untuk bisa meraih kebanggaan, kita harus selalu berusaha be wise for menerima omongan buruk dari orang lain. Karena nggak semua omongan buruk itu benar. Kalau kita terpuruk karena menerima mentah-mentah semua omongan mereka, kita sendirilah yang akan hancur. Dan mungkin, kita nggak akan pernah bisa merasakan banyak kebanggaan hanya karena mendengarkan omongan buruk tentang diri kita.

Kita yang jauh lebih mengenal diri kita sendiri. We--exactly, know ourself better than others. Jadi, kenali diri sendiri, hargai, and be proud of yourself.



Postingan ini diikutsertakan dalam :


Continue reading Sebuah Kebanggaan

How Much Will You Pay for The Game ?

Ini tentang seberapa kuat kita mampu memperjuangkan, seberapa banyak usaha yang kita lakukan untuk meraih sesuatu, dan seberapa besar pengorbanan kita untuk sesuatu/ seseorang yang akan (pantas) kita dapatkan. Ceritanya, saya pernah kenal dengan dua orang, A dan B.

Si A adalah orang yang baik, bahkan sangat baik ke orang-orang di sekitarnya, dan (pacar)-pacarnya. Iya, dia semacam spesies player. Saya nggak tertarik dengan sifat playernya, tapi tertarik dengan sifatnya yang sangat-berusaha-ngasih-yang terbaik buat seseorang, termasuk pacarnya. Dia adalah tipe orang yang akan melakukan sangat banyak hal demi orang yang (saat itu) dicintainya. Dia juga akan benar-benar memperjuangkan apa yang menjadi impian dan cita-citanya. Dia sering mengorbankan banyak hal untuk sesuatu yang (menurutnya) sangat berharga. Bahkan, terkadang dia nggak peduli apakah perjuangannya akan berhasil ato nggak, apakah pengorbanannya akan dihargai atau nggak, dan kadang dia nggak peduli apakah suatu saat dia akan terluka dan menyesal karena put too much effort for the wrong things.

Si B juga orang yang baik, dan penuh perhitungan untung-rugi. Dia akan baik, bahkan sangat baik ke seseorang, saat kebaikan itu nggak akan menimbulkan resiko-resiko yang suatu saat akan membuatnya terluka. Ya, dia sangat-takut terluka dan menyesal jika suatu saat (ternyata) dia sadar bahwa telah berbuat baik pada orang yang (akhirnya) menyakitinya. Dia akan melakukan sangat banyak hal untuk orang yang dinilainya tepat, memperjuangkan apa yang menurutnya layak, dan berkorban untuk hal-hal tertentu (setelah melakukan berbagai pertimbangan). Dia akan sangat mempertimbangkan semua resiko jika suatu saat perjuangan, pengorbanan, serta usahanya untuk orang lain berakhir sia-sia. Dia nggak akan terlalu-berusaha keras dalam segala hal, karena kemungkinan suatu saat akan berakhir sebagai suatu kegagalan, keputusasaan, luka, dan penyesalan.
how much will you pay for the game? kalau hidup ini diibaratkan seperti dunia game-atau semacam judi, kira-kira seberapa banyak usaha yang akan kamu (bayarkan) untuk mendapatkan apa yang diinginkan? Apakah akan mempertaruhkan semuanya? atau akan memperhitungkan segalanya lalu akan mulai bertaruh saat mendapatkan peluang yang sangat bagus?
Dari dua contoh diatas, tipe A dan B, saya nggak menilai salah satunya benar dan yang lainnya salah. Setiap orang punya hak untuk memperjuangkan, mengorbankan, dan meraih sesuatu yang menurutnya layak. Terlalu freak dengan tipe A akan membuat kita menjadi terlalu berani dan kehilangan segalanya jika nantinya hal yang kita perjuangkan nggak berjalan sesuai keinginan. Sedangkan terlalu freak dengan tipe B akan membuat kita menjadi penakut yang terlalu lama menghabiskan banyak waktu untuk mempertimbangkan banyak hal, tanpa melakukan apapun.
Semua pilihan akan ada resikonya, tapi pilih yang resikonya sanggup untuk ditanggung. 
Berjuang untuk apa yang sekiranya layak diperjuangkan. Berkorban tapi tetap menjaga agar nggak kehilangan segalanya. Jangan sampai menyesal saat kehilangan sesuatu karena nggak pernah melakukan apapun untuk memperjuangkan dan mempertahankannya. Jangan sampai menyesal karena terlalu banyak (memaksa) melakukan sesuatu sehingga kehilangan segalanya. Just be brave, and take the risk. But keep up from falling too deep.

Continue reading How Much Will You Pay for The Game ?

10.10.13

,

Crush, Time and Wedding

When you turn 20+, atau di usia mahasiswa semester akhir, pernikahan akan jadi hal yang paling sering dibahas. Jelas, karena saat kelulusan sudah didepan mata, undangan pernikahan dari teman akan bertaburan. Ditambah keisengan dan kode-kode dari teman plus keluarga dengan pertanyaan wajib "Kapan nyusul (nikah)?" atau "Mana nih calonnya? Kok belum dikenalin...". Dua pertanyaan itu udah lebih dari cukup untuk membuat kita kepikiran tentang pernikahan.
Fyi, pernikahan bukan satu hal yang bisa diputuskan atau ditentukan dengan gampang. 
Pernikahan harus diawali dengan choosing the right one. Kita harus memilih orang yang tepat untuk menikah. Hal ini nggak-semudah seperti saat memilih seseorang untuk pacaran, atau HTSan. Lebih dari sekedar crush, lebih dari sekedar pasangan yang nggak-malu-maluin untuk diajak kemana-mana, lebih dari sekedar a person to have fun with. 
We might have a crush for someone, but we might never take them to the marriage level
Dalam hidup, ada banyak orang yang hanya cocok untuk dijadikan persinggahan sementara, hanya cocok untuk dijadikan someone to wasting time with, dan hanya cocok untuk play and being played, tapi nggak-cocok-untuk-to be forever with. 


Gambar aslinya ada disini

Pernikahan adalah hal yang sakral. Sekali seumur hidup. Saat (nantinya) memutuskan untuk menikah dengan seseorang, you must be sure that he was the right one, untuk bersama menjalani pernikahan dan the rest of life. Karena nggak mungkin kalau harus menjalani pernikahan (nantinya) dengan orang yang beda prinsip, beda arah tujuan, dan beda dalam hal lain yang sulit untuk disatukan. Nggak mungkin nantinya harus menjalani pernikahan dengan orang yang difficult to share in a sad and joyous.

Continue reading Crush, Time and Wedding

4.10.13

Things Left on Last Night's Talks

Thanks for listening to all my complains. Thanks for making me believe that everything's gonna be alright. Thanks for teaching me to be wiser and be grateful for everything I have. Thanks for supporting my hobbies. Thanks for encouraging my dreams. And most of all,  thanks for making the 30 minutes that we used to share on days ago.

We're all being played by the time. With a broken me, and a healing you. They said that time healed everything. But all the things that the time did just to play with us. It played our feelings, took the space between our unfinished dreams, and trapped us in a sick-twisted situations.

We laughed, we talked, we care. Deep inside, we're afraid of losing. Lost the moments, lost the space, lost the dreams we had, and lost in time. We could see through that eyes. We need each other. So that we desperately found spaces between our crazy-full-time-things.

Just because, I need you, to complete me-in all the time of that space. I won't give you up. I would try to be fine when the time just letting him go. But if it happened to you, I'm sure I wouldn't.
Continue reading Things Left on Last Night's Talks

1.10.13

The McD's Game Questions


Ceritanya, suatu hari iseng-iseng main ke McD, dan disana dapat selembar kertas yang isinya permainan mirip monopoli, ini penampakannya :


Karena I was alone, alias sendirian (maklum jom....ah sudahlah), jadi kepikiran buat iseng jawab semua pertanyaan yang ada disitu, dan ini hasilnya :

Hukuman unik apa yang pernah kamu terima?
Kebanyakan dapat hukuman aneh-aneh pas ikut ekskul pramuka, tapi lupa apa aja hukumannya.

Momen paling memalukan di depan umum...
Jatoh dari sepeda gowes, pas ngeluarin sepeda di parkiran kampus. Banyak yang nolongin sih, termasuk... tapi... *gajelas

Guilty pleasure-mu adalah...
Pas habis ngelakuin sesuatu-yang-seharusnya-nggak-dilakukan... Guilty tapi seneng-gimana-gitu... Dulu banget sih..sekarang udah gak... *kaburrr

Warna apa yang bikin kulitmu keliatan seger...
Gak tau... kalo ini, kayaknya orang lain yang bisa jawab... *mikir

Diam-diam naksir siapa
Still, him. | "him" yang mana ? | Err...that question..^@$@*&#)($@

Kostum paling unik yang pernah kamu pakai...
Pas akhir SMA, pas lagi tergila-gila sama anime, terus iseng pinjem kostumnya cosplayer.


Continue reading The McD's Game Questions