13.4.14

Girls

Apa yang paling menarik dari suatu perpisahan...? Dulu, buat saya nggak ada yang menarik. Sama sekali. Semua bentuk perpisahan pasti bakalan meninggalkan kenangan, sepi, hampa, dan setumpuk hal nggak enak lainnya. Dari semua perpisahan, yang paling berat adalah perpisahan bareng teman-teman baik saat lulus SMA beberapa tahun lalu, ataupun saat lulus kuliah tahun lalu. Dan perpisahan bareng orang yang pernah sangat-dekat... *uhukk *abaikan.

Saya punya beberapa teman dekat yang berjenis kelamin perempuan, alias cewek. Dulu, kita sering menghabiskan waktu pelajaran buat melakukan banyak hal-hal seru, dan..memalukan. Saat kelulusan, berasa berat banget karena harus melepas kebersamaan. Teman-teman SMA tersebar kuliah ke luar kota Malang, dan teman kuliah kembali ke daerah asal masing-masing. Awal perpisahan, kita masih sering kangen lalu sibuk curi waktu buat hangout bareng. Seiring dengan makin banyaknya kesibukan selama-dan-pasca kuliah, kita jadi makin jarang ketemu. Setelah semester akhir, teman-teman SMA kembali ke Malang buat sekalian menunggu panggilan kerja. Sedangkan teman kuliah yang masih tersisa di Malang kadang masih ada waktu kosong saat weekend. Karena itu, kita mulai punya banyak waktu buat bertemu lagi.
Lalu, apa yang menarik dari suatu perpisahan...? Pertemuan kembali. Itu jawabannya. 
Kadang kita butuh jarak dan waktu untuk menemukan dunia baru. Dunia dimana kita menjadikan mereka sebagai pemicu semangat untuk mengejar mimpi. Dunia yang nantinya akan mengubah kita menjadi orang yang jauh lebih baik. Dan, dunia yang membuat kita "punya cerita" untuk dibagikan saat pertemuan kembali dengan mereka. 
Pertama ketemu lagi (setelah sekian lama), banyak hal yang berubah dari mereka. Ada yang lebih cerewet, lebih friendly, lebih cantik, dan mungkin lebih dewasa. Pembicaraan saat ketemu mereka pun banyak yang berubah. Saat SMA atau kuliah dulu kita lebih sering menggosip tentang gebetan di kelas lain, ngerjain guru yang galak, kabur dari kuliah dosen killer, dan bikin strategi licik untuk menghindari peraturan. Sekarang, pembicaraan kita bisa dibilang "agak berat". Mulai dari masalah kerjaan, penghasilan, nikah, dan... (calon) pendamping hidup. *astaga..


Yang lebih menarik, meski banyak hal berubah, tapi sikap mereka masih tetap baik, tetap seru dan kompak seolah-olah kita nggak pernah pisah.
Ternyata jarak dan waktu nggak cukup kuat buat menjauhkan kita dari orang yang mau berjuang buat bertemu kembali.
Kadang demi reuni kecil-kecilan, kita rela atur waktu sebaik mungkin agar semuanya bisa ikut. Atau saat di Malang, mereka akan menyempatkan diri buat ngajak ketemuan, meskipun waktu luangnya cuma sebentar. Bahkan, kadang rela bayar lumayan mahal demi momen ngumpul bareng yang belum tentu bisa terjadi lagi.

Meskipun setelah ini sepertinya kita bakalan berpencar lagi untuk kerja dan mengejar masa depan, tapi we'll be strong enough to survive. Dan saat ada kesempatan nanti (entah kapan waktunya), kita bakalan ketemu lagi, berbagi cerita, maupun hangout bareng. Pastinya dengan keadaan yang berbeda, keadaan yang jauh lebih baik dan cerita-cerita yang baru. So,  just can't wait for the next meeting, girls.
Continue reading Girls

12.4.14

As Long As I Can

" Don't worry. I would stay by your side...".

" Really?".

" Ya, of course, as long as I can...".

Knowing that we always need someone to stay, sometimes we also have a big intent to stay for someone, although we didn't know whether we stay for the right person or not. It just liked a gambling. We played and be prepared for the worst while everything turned into wrong. But the real problem was How long we could stay for someone?
We always have a limit for everything. In some cases, for something like waiting or staying, the limit would getting blurred. 
Sometimes we keep trying to stay, even when we get hurt. And again, no matter how much you hurt, and get hurt by, you still couldn't give up and go on. Because, the pain of your wound was more acceptable than his wound while you left. But, always remember that :
There would be a time for everything. 
So, before the time has come, I would stay by your side, as long as I can. Hearing you voice when you called, listening to your complains, helping you to prepare your futures, cheering you up for days, planning some kind of business or vacations, taking care when you needed, sharing the problems with you, always be there when there were no one to stand by you, and always doing my best to fulfil your needs.
But, if the time has come, and I couldn't stay, promise me that you would always be happy. Because your smile would warm the people you loved, your laughs would brighten the day, and everything about you would be the best thing that happened to me.
If we're not meant to be, I wished that our next separation would feel better, without leaving too much pain just like before. And for now until that time, I would give my best for you, as long as I can.

Hi, for this rainy afternoon, I wished you're okay there... :)
Continue reading As Long As I Can

4.4.14

Dikejar Deadline

Saya nggak pernah berpikir untuk "membunuh" kesenangan saya dalam men-design sesuatu. Tapi ternyata, kesibukan dan kerjaan yang menggunung hampir membuat saya melupakan dunia design.

Sejak mulai kerja, dunia saya hanya berputar di ribetnya mengurusi murid-murid yang lumayan susah diatur, pelajaran yang kadang nggak saya sukai, kerjaan tambahan untuk mengerjakan raport tiap akhir semester, dan memikirkan seribu cara buat curi-curi waktu demi ngeblog. And, I'm almost fed up, sampai suatu hari, entah-kenapa, banyak tawaran design yang datang.

Tawaran pertama dari guru di sekolah yang meminta saya ikut mengelola majalah sekolah sebagai layouter. Karena punya basic menjadi layouter saat SMA dulu, saya setuju dan lumayan semangat untuk mengerjakannya. Belum selesai mengerjakan semua layout, tawaran lain datang dari salah satu member BE, Elang. Dia menawarkan saya buat ikut dalam redaksi e-magz dari suatu komunitas sebagai graphic designer. 

 
Beberapa hasil layout e-magz

Dua tawaran design berhasil membuat saya nggak tenang karena selalu dikejar deadline. Ribet juga saat harus bagi waktu antara mengajar, me-layout majalah sekolah, dan menyetor design untuk e-magz. Semua kerjaan design itu benar-benar membuat saya berusaha keras melatih otak kanan. Tiap halaman baru dalam layout akan butuh satu ide kreatif yang bisa membentuk halaman itu jadi menarik buat pembaca. Tapi justru disitulah hal yang menyenangkannya. Rasanya senang saat bisa menemukan dunia design lagi setelah sempat menghilang karena banyak hal.

  
Proses layout majalah sekolah yang nggak selesai-selesai...hikss

Sialnya, sejak otak kanan dipaksa untuk berpikir kreatif, otak kiri jadi kehabisan ide sehingga kurang produktif. Blog jadi sepi selama dua mingguan, pengen bikin postingan tapi ribet dengan ini-itu, dan ke(banyak)an alesan lainnya. Yah, sepertinya saya perlu belajar untuk menyeimbangkan kerja otak kanan-kiri, biar tetep bisa ngeblog meski dikejar deadline design... hahaha.

Continue reading Dikejar Deadline