1.12.14

Me, Nisa, and 8 Years that Still Count

Seperti janji saya disini, yaitu bikin postingan tentang betapa so-sweet-nya saya dan Nisa. So, setelah sekian lama dan galau buat menyusun kata-kata.... this is it. A post about Me, Nisa, and 8 years that still count. Here we go...

Udah hampir 8 tahun berlalu sejak saya kenal Nisa pada awal masuk SMA. Lebih tepatnya, 3 tahun sekelas saat SMA, 3 tahun LDR (Nisa kuliah di Jakarta, saya kuliah di Malang), 1 tahun liburan bareng di Malang, dan 1 tahun LDR lagi (Nisa balik ke Jakarta, saya masih di Malang). Selama itu juga, banyak banget hal yang kita lalui bareng, senang maupun susah.
"Kadang, kita nggak butuh orang lain buat mengerti. Because somehow, we just need to be accepted".
Mungkin quote diatas yang awalnya membuat saya dan Nisa jadi dekat. Ya, both of us were just need to be accepted. Orang sering melihat kita sebagai dua orang yang introvert, dingin, cuek, dan punya-dunia sendiri.


Di kenyataannya, kita nggak sepenuhnya introvert. Kita cuma berprinsip bahwa menceritakan masalah pribadi ke orang yang salah hanya akan membuat semuanya berantakan. We're not cold-hearted, we just have a hard time to show how much we care. Mungkin itu juga yang sering bikin orang lain salah paham.  Kita nggak se-dingin dan se-cuek yang dipikirkan orang. Meskipun, yah... kita jarang banget bilang : say, beb, I love you~or melakukan banyak hal "mesra"~just like the other girl-besties did. 
In fact, we're not the type of person who "say it by words". But if we really care, we make a big effort~even without saying anything.
Continue reading Me, Nisa, and 8 Years that Still Count